tak ada tajuk sebab kau bukan baca pun.

Virginia Woolf Study I, Mathiue Laca, 2015

(Superorganism - Everbody Wants To Be Famous) 
Angka di jam dinding jatuh, ada yang memegang bingkai seolah ia harapan terakhir. Pencarian diri dalam penulisan, saya bayangkan seperti tren yang meraung lebih laju ke dalam terowong panjang menanti untuk tiba cahaya, kita menanti, menanti, menanti tapi sebenarnya terowong menghuni tubuh sendiri yang harus kita tuju adalah lubang cahaya jasad ini. Saya boleh tetapkan niat menulis untuk orang lain, seperti selepas ini, saat saya kongsi tulisan ini ruang facebook. Atau ia hanya jadi draf, tanpa dinilai oleh sesiapa. 

Mendengar podcast bfm Wan Nor Azriq, katanya setiap penulis mempunyai ketakutan menulis hal yang sama seperti yang lain hatta kita tahu pengaruh itu biasa, tapi kita takut sangat. Takut plagiat (ini memang harus), takut interteks, takut terlalu personal, takut terlalu politikal, takut kehilangan makna, takut ia membosankan, takut berulang, takut liar, takut syok sendiri, takut klise, takut tulis, takut tulis, takut tulis, takut tulis, takut tulis, tak tulis, tak tulis, tak tulis tak tulis, tak tulis, tak tulis. Zaen karang macam Alias Taib, Alias Taib karang macam Latiff, tak ada originaliti, tak ada originaliti. Oh karya kau berbaur 90's! atau So moden dan fresh macam out of Button Poetry. Kau tulis macam perempuan, kau tulis macam lelaki, entah sejak bila tulisan ada gender, tapi ada. Walhal kata-kata tetap kata-kata yang dihidupkan dari mata berbeza, huruf tetap dipetik dan digubah oleh tangan berlainan. Fuck it. Fuck 'em.

Macam beberapa hari lepas, menonton Spoken Poetry dari Phil Kaye, "If you repeat something over and over again it loses its meaning", macam mana nak hilangkan makna kata-kata? Ulang. Macam bacaan solat? atau saya sayang awak, atau aku rasa macam nak mati, atau meminta maaf, atau kau kurang minum air ni, atau nanti okaylah tu, atau, atau. Maka saya pun tulis satu ode yang infiniti, tiada awal dan tiada akhir (jangan pula kau menuhankannya), pada sakit kepala yang menyebabkan saya tak boleh nak tidur. 

......sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit kepala kurang tidur sebab sakit......

Boleh juga disenyawakan dengan "aku stress sebab tumbuh jerawat aku stress" atau "baca tapi tak faham jadi baca" dan lain-lain. Boleh ulang sampai mampus.

Saya teringat suatu ketika dulu menulis sajak untuk kawan-kawan ke kantin, tentang saya ke pekan curi-curi membeli ukulele dengan duit untung jual nasi lemak di asrama, atau tentang cinta sekolah menengah yang saya intai di tingkap kelas, ketika mengisi masa kosong sebelum guru masuk mengajar di kelas, lagi-lagi meniru tulisan Chairil di kelas Mantiq. Kawan-kawan yang tak memahami apa-apa, membaca sajak-sajak bodoh yang saya tulis. Dan atas kebodohan itu saya terus tulis. Ketika itu mungkin saya masih polos, naif dan tak mengerti apa-apa tentang sistem puisi. Tapi saya menikmati proses itu. Sekarang, semuanya kena ada aturan dan undang-undang seperti ada yang memaksa saya menulisnya (alasan).

Seperti keadaan semalam, saya menonton bulan mempersembahkan dirinya di pentas langit, saya bayangkan warnanya seperti buah langsat. Kemudian saya menulis di note, "bulan langsat" kemudian saya tukar, "bulan dilangsatkan" kemudian "bulan jadi langsat yang ranum", akhirnya saya biarkan ia tergantung di situ. Berdebu di fail note lain, seperti tulisan lain, yang akhirnya nanti saya akan padam. Tapi tak mengapalah, fikir saya, memang seharusnya penyair itu perenung, meneropong lebih jauh daripada yang lain. Kawan saya yang tak pernah mengaku dirinya sebagai penyair dengan selamba berkata, "bulan macam roti canai," dan saya sedar, saya sedar bahwa sikapnya yang spontan itu yang saya rindukan.

Comments

Popular Posts