Humming


Sudah dua hari garis-garis hujan memukul jeriji pintu berhadapan bilik seolah-olah ia tahu saya sedang mengira detik untuk menulis lagi. Sebelum saya tubuhkan blog ini, saya sudah pernah mempunyai 3 blog lain yang telah saya padam. Saya fikir, mungkin apabila saya sudah kehausan idea tentu ini pula akan saya tutup. Saya fikir lagi, walaupun pada mulanya semuanya untuk tujuan penyimpanan makna yang belum saya gunakan. Bagaimana kalau saya menjadi matang bahasa dan meninggalkan semua tulisan di sini sehingga usang?

Apalah rasanya keadaan tidak boleh menulis? Adakah seperti tubuh kita dikecilkan lalu disimpan ke dalam balang disusun pada rak dapur bersama rencah lain tapi tak pula digunakan untuk menambah rasa apa-apa pada hidangan? Saya membaca sebuah artikel mengatakan Ayumi Hamasaki disahkan pekak sepenuhnya dua hari lepas. Mungkinkah begitu keadaannya? Menjadi penyanyi tapi tidak boleh mendengar suara sendiri. 

Sewaktu Beethoven disahkan pekak, dia tetap menulis the last five string quartets dan lagunya dijadikan kompas untuk kapal-kapal pemain muzik lain mencari arah. Saya tak pernah membayangkan hidup saya tanpa membaca dan menulis. Saya teringat pada puisi Chairil lagi, "rumahku dari unggun-timbun sajak, di sini aku berbini dan beranak." Lalu saya tiba-tiba terfikir malah saya tak pernah membayangkan hidup saya tanpa membaca Chairil. 

Jika saya disuguhkan peluang dan ruang untuk belajar, saya tentu ingin mengikuti kelas menari. Saya menyukai kaki runcing penari ballet yang tajam seolah-olah pucuk lembing menusuk ke tanah. Namun saya merasakan saya terlalu tua untuk itu, apalagi untuk menari en pointe sepanjang hayat saya. Malah membayangkannya menjadi terlalu lucu dan mustahil. Saya teringat keadaan saya mempelajari gitar dan ukulele ketika sekolah menengah dan meninggalkannya setelah mampu menyanyikan hanya beberapa buah lagu. Tapi minggu lepas, saya mencari di gugel kelas-kelas mempelajari cello. 

Saya suka mendengar kaver Jacqueline du Pré memainkan Saint-Saëns: Allegro Appasionato Op.43 sebuah rendition yang bagi saya sangat bagus seolah-olah lagu itu miliknya. Jackie merangkul cello seperti cello itu di bawah kawalannya, ataupun cello itu tubuhnya sendiri. Seperti itu saya bayangkan menjadi seorang cellist. Satu impian yang mungkin jadi perkataan-perkataan juga bakal terpadam. Mungkin ada bagusnya saya menulis sahaja. Melakukan sesuatu semampu saya tanpa begitu tamak mencelup semuanya. Tapi bagaimana kalau saya lupa bagaimana cara menulis ataupun tidak boleh menulis seperti Jackie yang melepaskan cello pada usia sebelia 28 tahun?

Sudah dua hari saya tidur malam tak bermimpi apa-apa, kawan sebilik mengadu bahwa saya mengigau lebih daripada biasa. Kadang-kadang saya tersedar akan igauan saya sendiri sedang: humming.

Comments

Popular Posts