Ini nyawa — merawang pula.
📷: Masahisa Fukase "In the poetry of witness, the poems make present to us the experience, rather than a symbolic representation. When we read the poem as witness, we are marked by it and become ourselves witnesses to what it has made present before us. Language incises the page, wounding it with testimonial presence, and the reader is marked by encounter with that presence. Witness begets witness. The text we read becomes a living archive."* Sebuah nyawa: yang terbuang sebuah lagi bentuk memakan makna. Antara dua percaya dan meratib ke tali— sejumlah kembali. Berulang daripada rutin infinit dari minit ke minit. Ini jadual sudah masak dengan waktu. Antara dua rasa dan sujud ke nota—sejumlah roda. Berulang daripada rutin infinit dari minit ke minit. Rezekiku bermacam warna: kawan kerja—semua kaki dan tangan merawang di terowong. Dan tiap terowong ada cahaya di hujungnya. Semua kita adalah atom-atom menanti ke molekul yang berkelam untuk memekik. Kitalah yang memintal maya...